-->

SAAT HUJAN TURUN

Ingatkah engkau, pada saat sang awan meneteskan butiran-butiran bening membasahi bumi, pada waktu itu aku melihatmu menyusuri jalanan yang sepi, engkau biarkan tubuhmu basah oleh air mata sang awan.

Aku melihatmu menggigil kedinginan, engkau dekapkan kedua tanganmu pada tubuhmu, wajahmu pucat, bibir mungilmu yang selama ini merah merona sekarang membiru menahan rasa dingin yang menusuk tulang.

Sebenarnya, aku ingin sekali menawarkanmu sebuah payung untuk mengurangi rasa dingin yang telah menyelimutimu, tapi...... entah kenapa langkahku terhenti, seakan-akan syaraf-syaraf yang ada di sekujur tubuhku membeku, sehingga untuk menggerakkan kaki saja terasa sulit dan berat apalagi melangkah menghampirimu.

Bibirku terasa kelu, kalimat-kalimat yang telah ku susun untuk hanya sekedar menyapa dan menawarkanmu sebuah payung menguap begitu saja.

Entahlah...... apa yang terjadi dengan.......

Seandainya aku halal bagimu, bukan hanya payung yang akan aku tawarkan, tapi..... akan ku peluk dirimu agar rasa dingin yang menyelimutimu berganti dengan rasa hangat yang membuatmu nyaman berada dalam dekapanku.

Tapi....... apalah daya, aku hanyalah satu diantara pengagummu, mungkin membayangkanmu adalah suatu hal yang teramat tidak masuk akal bagiku apalagi bisa berharap meniti kehidupan bersamamu, karena engkau bak sekuntum bunga mekar yang mempesona sedangkan aku hanya satu diantara beribu lebah yang menghayalkan bisa merasakan kenikmatan dan kelezatan madumu.

Dan juga aku bukanlah lebah yang istimewa, tapi..... aku hanyalah seekor lebah yang hanya memiliki satu sayap yang tidak akan mungkin bahkan terkesan mustahil untuk bisa terbang menginjakkan kaki di kelopak bungamu yang tengah mekar, apalagi merasakan lezatnya madu yang dihasilkan olehmu....


Zaka Abdillah
Jum'at, 20 Oktober 2017

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "SAAT HUJAN TURUN"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel