-->

AKU TIDAK AKAN TERTIPU LAGI

                  Saat aku termenung sendirian menatap karang yang selalu berdiri kokoh, tak pernah mempermasalahkan ombak yang menghantamnya berkali-kali, aku berfikir, seandainya aku memiliki kekuatan bertahan seperti karang itu mungkin saat ini aku masih berada di sisimu, melangkah bersama dalam mengarungi kehidupan yang begitu menyesakkan.
                 Ku pandangi senja yang perlahan-lahan memudar ditelan kegelapan yang mulai menyelimuti, para nelayan yang mulai angkat sauh, burung-burung camar yang terbang berkelompok-kelompok, pulang ke sangkarnya masing-masing, anak-anak yang berlarian, berteriak-teriak, saling menggoda satu sama lain, saling berkejaran di bibir pantai satu persatu mulai meninggalkan kegiatannya, remaja-remaja tanggung yang sedari tadi asyik menggulirkan si kulit bundar kesana-kemari kini semuanya telah kembali meninggalkanku seorang diri yang masih sibuk dengan pikiran-pikiran kekhawatiran akan akhir dari hubungan kita.
                Wahai engaku disana, maafkan aku yang begitu rapuh, tidak sekuat seperti apa yang engkau bayangkan, tidak sekokoh karang dalam menahan gempuran ombak yang menghantam berkali-kali dan tidak seteguh tekad keastria dalam medan perang.
                Wahai engkau yang telah menghiasi hari-hariku, ketahuilah aku hanyalah manusia biasa yang akan merasakan sakit bila engkau sayat aku dengan kata-katamu yang tajam, yang akan marah bila engkau meniup kembali bara amarah yang hampir padam dan akan merasa kesepian saat engkau sudah tak sudi lagi menemaniku dalam melangkah.
                Hingga sang ratu kegelapan menyelimuti dengan selimut gelapnya aku masih saja tak beranjak dari tempat dudukku, lantunan suara adzan yang sahut menyahut, mengalun begitu indah tak mampu menggerakkan kakiku untuk melangkah memenuhi panggilannya.
                Dalam kegelapan yang mulai menyergap, membatasi daya pandangku, aku melihat seberkas lentera yang semakin mendekat menghampiriku, setelah lentera itu cukup dekat denganku, aku tau itu adalah sebuah obor yang dibawa oleh seseorang yang sudah tak asing lagi bagiku.
                Ya, dialah seseorang yang telah membuatku terjatuh dua kali, jatuh yang begitu menyenangkan dan jatuh yang begitu menyakitkan.
                Tanpa pernah terbayangkan sebelumnya, engkau mengulurkan tangan, mengguratkan sesungging senyuman lalu mengajakku pulang.
                Aku tak percaya dengan apa yang terjadi di hadapanku karena baru kemarin engkau membuatku hancur dan terpuruk dalam pikiran-pikiran kekhawatiran, membuat semua harapan-harapan yang kita rangkai bersama pupus begitu saja.
                Tapi.......... sekarang, lihatlah engkau berdiri dihadapanku bagaikan tidak terjadi apa-apa sebelumnya.
                Engkau selalu saja begitu, mempermainkan perasaanku seenakmu sendiri, kadang engkau membuatku terbang melayang begitu tinggi tapi pada saat itu pulalah engkau hujamkan aku begitu saja hingga terhempas ke dalam jurang yang begitu dalam dan pekat membuatku hancur dan terpuruk, setelah engkau puas melihatku dalam kondisi yang sangat mengenaskan dan memprihatinkan engkau datang menolongku, mengulurkan tali, mencoba untuk mengeluarkanku dari jurang keputusasaan. Tapi........ setelah aku kembali percaya kepadamu, menyambut pertolonganmu, meraih tali yang engkau ulurkan dan mencoba untuk keluar dari jurang mengerikan tersebut, bersusah payah mendaki dg menggunakan tali yang engkau ulurkan, ketika hampir mencapai mulut jurang, engkau malah memotong tali tersebut membuatku kembali terjatuh dan terhempas ke dasar jurang keterpurukan.
               Kini, aku putuskan, memang aku tidak akan pernah bisa melangkah bersamamu karena antara jalan yang aku tempuh dan jalan yang engkau tempuh memiliki tujuan yang berbeda.
               Sekarang saatnya aku kembali karena aku telah mendapatkan jawaban-jawaban atas kekhawatiran-kekhawatiran dan kegelisahan-kegelisahanku.
               Aku tak butuh lagi pertologan, perhatian dan senyumanmu, karena semua itu hanyalah kedok untuk mempermainkanku, lagi dan lagi.
               Sebaiknya aku pulang sendiri, menembus pekatnya selimut sang ratu kegelapan dari pada menyambut pertolonganmu kembali karena aku tau obor yang engkau bawa bukan untuk menerangi setiap langkahku, tapi......, untuk membakar diriku.
               Aku tidak akan tertipu lagi oleh kedok senyum dan aktingmu, cukup sudah semua yang telah engkau lakukan semua ini menjadi pelajaran bagiku untuk tidak tertipu lagi olehmu.
               Selamat tinggal.............
               Aku sarankan carilah orang yang bersedia untuk engkau hempaskan berkali-kali yang memiliki kekuatan bertahan seperti karang di lautan karena aku bukanlah karang di lautan yang akan bertahan meskipun dihantam ombak berkali-kali, tapi......., aku hanyalah manusia biasa yang mengharapkan seseorang yang bisa diajak untuk saling mengerti dan memperhatikan.....


Zaka Abdillah

Berlangganan update artikel terbaru via email:

1 Response to "AKU TIDAK AKAN TERTIPU LAGI"

  1. sedih sekali kisanak pengalaman cintamu, semoga saja kau cepat menemukan dia yang tidak akan pernah menipumu.

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel