-->

KERINDUAN YANG TERTUNDA

Setiap hari aku disibukkan oleh aktivitas-aktivitas dan pekerjaan-pekerjaan yang membuatku lelah, membuatku tak mempunyai waktu luang untuk sekedar menanyakan kabarmu.

Di rantau orang aku harus bisa bertahan hidup menaklukkan ganasnya/sengitnya persaingan. Pagi hari aku harus sudah siap menjemput rizki, bergulat dengan semua polemik-polemik permasalahan duniawi, di malam hari tubuhku remuk, seluruh anggota badanku protes ingin segera istirahat, sehingga aku tidak sempat merindukanmu apalagi berbincang banyak denganmu.

Hari berganti tetap saja begitu......., aktivitas-aktivitas itu semakin hari malah semakin menumpuk membuatku harus menunda kerinduanku padamu.

Hingga pada suatu malam saat hendak berangkat tidur, aku kembali mengaktifkan ponselku, aku sempatkan melihat-lihat apa yang terjadi setelah seharian aku non-aktifkan ponselku, betapa terkejutnya aku ketika melihat banyak sekali panggilan darimu.

Ada apa ....? sehingga berkali-kali engkau mencoba untuk menghubungiku, adakah sesuatu yang begitu serius yang ingin engkau bicarakan denganku.....?

Seketika itu aku langsung menghubungimu, berharap engkau belum terlelap, berkali-kali aku menghubungi ponselmu tapi hasilnya nihil, tidak ada satupun panggilanku yang engkau terima.

Apakah engkau marah karena sepanjang siang tadi aku tidak menjawab panggilanmu ? ataukah telah terjadi sesuatu kepadamu ?

Berbagai macam kekhawatiran, kecemasan dan fikiran-fikiran negatif mengenai dirimu bermunculan di benakku.

Malam itu untuk pertama kalinya aku tidak bisa memejamkan mata, kegelisahan menyelimuti hatiku, kekhawatiran-kekhawatiran tentang keadaanmu selalu menari-nari di pelupuk mata.

Bagiku...... malam itu terasa amat panjang, seandainya bisa...... ingin rasanya aku memperpendek waktu agar sang ratu kegelapan segera merekahkan selimut pekatnya, aku sudah tidak sabar menanti hari esok tiba, ingin segera mengetahui keadaanmu, apa yang sebenarnya terjadi padamu ?.

Saat adzan subuh berkumandang aku segera mengambil wudlu', setelah itu aku merapikan rambutku yang berantakan di depan cermin, ku lihat ada kantung hitam yang melingkar di bawah mataku karena semalam suntuk aku tidak bisa tidur, meski seluruh anggota badanku letih tapi mataku tetap tidak mau untuk ku ajak istirahat, tetap terjaga sepanjang malam, memikirkan perihal tentang mu yang membuatku gelisah.

Setelah selesai sholat aku berdoa begitu panjang memohon agar engkau baik-baik saja disana, berharap agar engkau tetap setia menungguku yang sedang menempa kepribadian, memantaskan diri untuk mendapatkanmu.

Aku sudah tidak sabar ingin segera menghubungimu, menanyakan kabarmu. Belum sempat aku menghubungimu, handphoneku berdering terlebih dahulu, ku lihat namamu tertera disana, tanpa menunggu lama-lama aku segera menerima panggilanmu, membuka percakapan terlebih dahulu, mengucap salam. Tapi anehnya....... di seberang sana engkau hanya berdiam diri, tidak menjawab salamku.

Aku menunggu untuk beberapa menit tapi hanya keheningan yang menyergap, ku ulangi salamku, ku panggil namamu berkali-kali, berharap yang menelfonku benar-benar dirimu.

"Assalamu'alaikum ra..... kaukah di sana ?, Hello...?" Hening, lagi-lagi tak ada jawaban, tapi.... telephone tetap tersambung.

Setelah hening beberapa saat aku berinisiatif untuk berbicara sendiri meskipun tidak ada respon darimu.

"Baiklah.... Ra, jika ini memang benar-benar kamu, aku sungguh minta maaf karena kemaren aku tidak menjawab semua panggilanmu, dengarkan aku Ra...., bukannya aku tidak mau mengubungimu, tapi.... kemaren aku benar-benar sibuk, jadi..... seharian penuh handphone aku non-aktifkan, aku juga tidak tau kalau kau berkali-kali mencoba untuk menghubungiku, aku taunya baru tadi malam saat aku kembali meng-aktifkan HP-ku" aku menghela nafas, membuat jeda untuk beberapa saat berharap ada respon darimu, tapi..... nyatanya engkau tetap bungkam.

"Ra.... ingatlah..... sebentar lagi kerinduan kita akan terbayar, bertahanlah.... tinggal satu bulan lagi aku akan pulang, setelah nanti aku pulang, aku janji, aku akan langsung melamarmu, meminta langsung kepada kedua orang tuamu, aku janji Ra......", sekali lagi aku terdiam untuk beberapa saat, memberikan waktu kepadamu untuk berbicara walau sepatah, tapi.... tetap saja hanya hening yang selalu menyela diantara pembicaraanku.

Satu menit, dua menit hingga lima menit aku terdiam, tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutmu, hingga menit ke-enam saat aku memutuskan untuk berbicara lagi aku mendengar isakan pelan, isakan tertahan yang begitu memilukan seakan-akan di dalam isakan pelan tersebut aku bisa merasakan berbagai macam perasaan kesedihan yang mendalam.

"Kau menangis Ra...?, Ada apa...?" aku bertanya senormal mungkin, meskipun diantara getaran suaraku terdapat kekhawatiran yang luar biasa akan keadaanmu.

untuk beberapa saat, aku mendengar tarikan nafas yang dihembuskan secara perlahan-lahan, aku tau engkau sedang mengumpulkan ketegaran, keberanian dan ketenangan untuk memulai membuka suara.

"Ma...Ma....s" Akhirnya suara yang ku nanti-nantikan dari tadi terdengar juga. Aku merasa agak sedikit lega karena ternyata memang engkau yang berada diseberang telephone sana.

"Ya..." aku menunggu kalimat selanjutnya, berusaha untuk bersabar.

"Ma..ma...afkan aku mas, mungkin kerinduan kita, harus kita tunda terlebih dahulu untuk beberapa waktu yang tidak bisa dipastikan". Aku mendengar suaramu patah-patah, ada kegetiran dan kesenduan yang begitu menyesakkan serta menyakitkan dalam getaran suaramu.

"Kenapa....? Apa maksud perkataanmu itu Ra...? Apa karena gara-gara aku yang jarang menghubungimu ...? ataukah engkau sudah tidak sabar lagi menuggu kepulanganku...?".

Tiba-tiba setelah aku membrondongmu dengan beberapa pertanyaan, sambungan di seberang sana terputus, menyisakan berbagai macam perasaan yang tidak mengenakkan tentang dirimu, antara khawatir, gelisah, penasaran, menyesal dan lain sebagainya.

Kini... aku tau kerinduan yang selama ini aku pendam benar-benar telah tertunda.........

Entah sampai kapan kerinduan ini akan terobati.........

Biarlah waktu yang akan menjawabnya........

Biarlah..........

Zaka Abdillah
29 April 2019


NB: Bosan juga nulis cinta-cinta terus, padahal saya sendiri belum pernah mengalaminya.... hee....he..., tapi biarlah yang penting nulis terus untuk mengasah ketajaman tulisanku.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "KERINDUAN YANG TERTUNDA"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel