-->

TAK KAN KU BIARKAN ENGKAU MENANGIS LAGI

Engkau menyuruhku untuk mengerti keadaanmu, mengerti perasaanmu, tapi.... bagaimana aku bisa mengerti keadaanmu jika engkau tidak pernah mau berbagi cerita denganku ?

Hingga sore hari saat senja tersenyum begitu syahdu, aku melihatmu menangis di gubuk tua yang berada di tengah-tengah hamparan padi yang menghijau, engkau peluk kedua lututmu, engkau benamkan wajahmu di sela-sela kedua pahamu.

Entah kenapa saat melihatmu dalam kondisi seperti itu sebagian hatiku terasa begitu pilu seakan-akan ada sesuatu yang menggoresnya padahal aku bukanlah orang yang engkau pilih untuk menemani di setiap langkah kakimu, mengukir sejarah di setiap lembaran kehidupanmu dan bukanlah orang yang engkau pilih untuk menaiki bahtera dalam mengarungi samudra perasaanmu.

Aku bagimu hanyalah seseorang yang terkait dalam status "teman" tidak lebih, tapi.... kenapa saat aku mendengarkan ceritamu tentang dia hati ini begitu pedih.

Sekarang...... entah apa atau siapa yang engkau tangisi tapi yang pasti..... engkau menangis karena suatu alasan yang begitu menyakitkan karena aku mengerti betul bagaimana kuatnya engkau dalam menjawab persoalan hidup yang begitu menyesakkan dan bagaimana cerianya engkau dalam menjalani hari-harimu serta bagaimana kokohnya prinsipmu yang mana hal tersebut membuat banyak orang menaruh simpati terhadapmu.

Kini..... kemana perginya ketegaran, keceriaan dan perinsipmu yang begitu kokoh, yang aku lihat sekarang hanyalah seseorang yang begitu rapuh, begitu menyedihkan dan begitu getir menatap kenyataan.

Perlahan-lahan aku mencoba mendekatimu lalu dengan sangat hati-hati aku memegang pundakmu, mencoba menyalurkan sugesti ketenangan kepadamu, saat aku menyentuh pundakmu engkau terlihat begitu terkejut, dengan refleks engkau menghapus air matamu lalu menoleh dan berusaha tersenyum kepadaku, tapi..... hanya kegetiran yang ku peroleh dari guratan senyummu.

Setelah itu aku bertanya kepadamu "kenapa ?" engkau menjawab "hanya kelilipan saja", aku memandangimu  sorotan tajam, mencari jawaban dari binar matamu yang semakin meredup, lalu untuk kedua kalinya aku bertanya kepadamu "kenapa ?" engkau berpaling dariku, menghindari tatapan mataku yang semakin tajam menggali permasalahan yang tengah merundungmu, butiran-butiran keristal mulai meleleh membasahi pipimu, tapi.... dengan segera engkau menghapusnya, berpura-pura masih ada sisa-sisa kelilipan yang membuat matamu berair.

Aku terus memburumu dengan pertanyaan "kenapa ?" tapi... engkau tetap bergeming, bilang tidak apa-apa cuma kelilipan saja, tanpa perlu menunggu jawabanmu lagi aku mengelus rambutmu, membenamkan wajahmu di dalam pelukanku.
Image result for mengaislah

"Menangislah..... aku tidak akan bertanya lagi, Menangislah sepuasmu, aku akan mendengarkan setiap isakanmu", sambil mengelus rambutmu ku berbisik di telingamu, membuatmu perlahan-lahan terisak kemudian menangis tersedu-sedu.

Di tengah-tengah tangismu aku berbisik lagi di telingamu yang membuat tangismu semakin menjadi-jadi, tubuhmu semakin bergetar menandakan engkau tengah mengeluarkan rasa sakit yang selama ini engkau pendam.

"Menangislah sepuasnya hari ini, keluarkan semua rasa sakit di hatimu yang selama ini engkau pendam, jangan sok kuat menanggung semuanya sendirian karena kamu masih memiliki seseorang yang akan menjadi tempatmu bersandar di kala engkau goyah, engkau masih memiliki aku di sisimu, sahabat yang akan selalu ada untukmu, kapanpun, dimanapun, dan bagaimanapun".

Cukup lama engkau menangis membuat dadaku terasa hangat oleh air matamu yang terus meleleh membasahi bajuku.

"Menangislah.... aku janji ini adalah tangisanmu yang terakhir kalinya, tak kan ku biarkan, esok hari saat mentari tersenyum menyapa bumi, secuil guratan kesediahan masih menggelayut di wajahmu, aku janji akan berusaha membuatmu selalu tersenyum".

Janji........


12 April 2019
 pkl. 12:00 mlm
Pas hari Jum'at


Zaka Abdillah 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

1 Response to "TAK KAN KU BIARKAN ENGKAU MENANGIS LAGI"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel