-->

MEMENDAM LUKA DALAM DIAM

Gempuran tekanan yang bertubi-tubi membuat tembok pertahanan itu pecah berkeping-keping, kini hanyalah lelehan air mata yang terus mengalir melewati kelopak matamu yang indah.

Kini yang aku dengar hanyalah isakan-isakan tertahan yang tidak henti-hentinya keluar melalui mulutmu yang sejak tadi engkau bekap dengan kedua telapak tanganmu.

Begitu pilu melihatmu berada pada kondisi seperti ini, ingin rasanya aku mencoba untuk menghibur dan menghapus air matamu, tapi aku tau....... aku bukanlah seseorang yang halal bagimu untuk melakukan semua itu.

Kemana senyum ceriamu yang selama ini sela
lu menghiasi bibirmu yang merona ?

Baru aku sadari ternyata dibalik keceriaanmu selama ini, engkau menanggung permasalahan hidup yang begitu berat dan begitu melelahkan.

Ternyata keceriaanmu yang selama ini engkau tampakkan bila berkumpul dengan teman-temanmu hanyalah sebagai kedok belaka agar engkau tidak membuat orang-orang di sekitarmu khawatir dengan keadaanmu.

Diam-diam saat engkau tidak bersama siapa pun, saat engkau tengah sendirian menatap langit malam kristal-kristal bening itu berjatuhan begitu saja.

Entah apa yang sedang engkau fikirkan tapi yang pasti......, setiap aku melihatmu berada dalam kesendirian, bertemankan sunyi dan jauh dari keramaian, seakan-akan keceriaanmu selama berkumpul dengan teman-temanmu menguap begitu saja, hilang, raib, sirna bagaikan ditelan bumi, hanyalah tatapan kosong dan guratan kesedihan yang menghiasi ekspresi wajahmu.

Akhir-akhir ini tanpa engkau sadari aku selalu memperhatikanmu dari kejauhan, entah magnet apa yang telah membuatku mencurahkan semua perhatianku padamu sehingga aku mengetahui hal-hal yang jarang diketahui oleh orang tentang dirimu bahkan teman dekatmu sekalipun.

Hingga akhirnya terbersit dibenakku untuk mencoba mencari sumber permasalahan yang tengah merundung nasibmu.

Hari demi hari aku selalu menguntit kemana pun engkau pergi, berharap menemukan secuil petunjuk dari muara dukamu.

Setelah sekian lama aku menjadi detektif dadakan, sekarang petunjuk itu, satu per
satu mulai menjadi puzzle yang tersusun semakin jelas.

Di akhir observasiku yang begitu lama, aku membuat satu kesimpulan mengenai masalah yang tengah melandamu, ternyata engkau mengalami tekanan mental yang begitu kuat disebabkan oleh faktor lingkungan dan sosial yang selalu tidak ramah dan tidak bersahabat denganmu.

memang kelihatannya engkau selalu menunjukkan guratan kecerian, senyuman yang hangat dan tingkah laku yang enerjik saat engkau berada dalam lingkaran pergaulan, bersosial dengan orang lain dan beraktivitas dalam keramaian, seakan-akan tidak pernah ada beban dan kesedihan yang menimpa petualangan hidupmu yang mana hal tersebut membuat beberapa orang disekitarmu merasa iri bahkan membencimu dalam diam, tapi..... kenyataannya engkau begitu pintar membungkus kesedihan, kegundahan dan rapuhnya dirimu sehingga orang-orang di sekitarmu tidak menyadari bahwa engkau tengah menjerit dan merintih menahan pedihnya serta pahitnya jalan kehidupanmu.

saat engkau berada dalam lingkaran pergaulanmu hanya engkaulah yang ditatap dengan pandangan yang berbeda seakan-akan mereka tengah menyaksikan
dan melihat makhluq aneh dari dunia lain, sebenarnya tatapan itu membuat hatimu terluka, membuat mentalmu hancur menjadi serpihan-serpihan yang tak utuh, tapi...... lagi-lagi engkau begitu lihai menyembunyikan goresan luka hatimu serta begitu pandai merekatkan kembali serpihan-serpihan mentalmu yang sudah hancur berserakan, sehingga engkau tetap mampu memberikan sesungging senyuman hangat kepada tatapan-tatapan dingin yang tengah menekan psikologis kejiwaanmu, yang mana hal itu menyebabkan mereka semakin geram dan gencar melakukan tekanan dalam diamnya.

Ingin rasanya aku berdiri di depanmu, menjadi pahlawan kesiangan bagimu dan membelamu dari semua hal-hal yang membuatmu bersedih dan terluka, mendamprat mereka yang telah begitu tega melakukan pengeroyokan tekanan dalam diam yang mana hal tersebut lebih menyakitkan daripada pengeroyokan fisik, tapi... semua itu hanyalah bagian dari anganku yang tidak akan pernah bisa aku realisasikan kecuali keajaiban berbaik hati menghampiriku memberiku kesempatan untuk menjadi super hero penolongmu.

Hingga di penghujung cerita tiga tahun masa-masa SMA yang sangat menyenangkan bagi kebanyakan murid, tapi....... sangat melelahkan bahkan menyakitkan bagimu, keajaiban itu berbaik hati menghampiriku, bagaikan lentera yang begitu terang di tengah-tengah gelap yang begitu pekat. Kesempatan emas untuk mewujudkan anganku menjadi super hero penolongmu.

Kabar tentang lomba membaca puisi sebagai penutupan class meeting terakhir bagi siswa-siswi kelas XII bagiku kabar tersebut bak sepiring nasi pada saat lapar yang begitu melilit dan mengaduk-aduk isi perut.

Aku berjanji kepadamu, ketika saat itu tiba aku akan mewakilimu mengutarakan isi hatimu yang selama ini engkau pendam meskipun engkau tidak pernah memintaku
untuk melakukan itu.

Yang aku harapkan dari semua yang aku lakukan hanyalah agar engkau tidak lagi memendam luka dalam diam.

Aku janji..............


12 April 2019
Zaka Abdillah


Nb: sebenarnya tulisan ini jika diteruskan masih panjang tapi.... aku berpikir jika tulisan terlalu panjang biasanya orang akan malas untuk membacanya.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

1 Response to "MEMENDAM LUKA DALAM DIAM"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel